Harga Minyak Naik: Stimulus China dan Sanksi AS Warnai Prospek 2025

Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia pada Senin setelah Amerika Serikat menghindari potensi shutdown pemerintah, yang membawa sentimen positif. Data inflasi AS yang lebih lembut turut mendukung harga minyak. Brent naik 0,4% menjadi $73,20 per barel, sementara WTI meningkat 0,4% ke $69,75. Namun, fokus pasar tetap pada prospek permintaan 2025, terutama dari China, yang berencana memberikan stimulus lebih besar tahun depan.

Kondisi pasokan minyak juga menjadi perhatian, dengan kemungkinan sanksi tambahan AS terhadap Iran dan Rusia yang dapat memperketat pasokan global. Di sisi lain, pelemahan dolar AS pasca data inflasi yang lebih rendah memberikan dukungan tambahan bagi harga minyak. Namun, kebijakan The Fed yang memperlambat pemotongan suku bunga di 2025 bisa menekan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Menuju 2025, pasar akan mencermati efektivitas stimulus China dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kebijakan proteksionis Presiden AS terpilih Donald Trump terhadap China dan Iran, termasuk potensi sanksi baru terhadap sektor minyak, dapat memengaruhi dinamika pasokan global. Dengan latar ini, ketatnya pasokan dan ketidakpastian permintaan tetap menjadi tema utama pasar minyak.